Mbak yang aku tidak tahu namanya itu kemudian mengajakku menaiki tangga. Sampai di lantai 2 ku lihat ada dua buat pintu, dimana ada tanda cewek dan cowok. Hmm, benar kata Susan, ruangannya dipisah, kurasa ini benar-benar aman. Disitu juga ku lihat ada seorang pria yang memakai seragam security sedang duduk di dekat pintu-pintu itu.
Wah, sampai ada securitynya, mungkin buat jaga-jaga kalau ada pelanggan yang nakal sama terapis biar bisa langsung ditindak kali ya. Aku merasa semakin tenang karena ku pikir dengan adanya petugas 303 judi keamanan itu berarti panti pijat ini memang benar-benar menjaga keamanan dan kesopanan. Kalau ada pelanggan yang punya niat tidak-tidak pasti berpikir ulang setelah melihat pria itu, yang berperawakan tinggi besar dan wajahnya agak, hmm, menyeramkan, hihihi.
“Ini ruangannya bu, silahkan ibu ganti baju dengan pakaian yang sudah kami sediakan sambil menunggu terapisnya, kurang lebih 5 menit lagi terapisnya datang.”
“Oh iya mbak, makasih.”
Aku segera masuk ke ruangan itu. Berbentuk seperti kamar, berukuran sekitar 3 x 4 meter. Ada sebuah bathtub dan TV, seperti yang diceritakan Susan. Tempat untuk pijitnya juga bukan ranjang kecil seperti biasanya di tempat lain, tapi sebuah matras yang cukup tebal dan lebar, dengan lubang untuk wajah. Di atasnya ada besi-besi yang biasa digunakan terapis untuk pegangan waktu melakukan shiatsu.
Akupun segera berganti pakaian. Awalnya aku agak ragu waktu melihatnya, hanya sebuah celana dalam tipis berwarna putih, dan sebuah tanktop yang juga cukup tipis berwarna putih. Tapi setelah kupikir-pikir, toh yang mijat cewek juga, jadi nggak papa lah. Kulepas semua pakaianku, termasuk pakaian dalamku dan menggantinya dengan pakaian itu. Sejenak aku bercermin, wah seksi juga ya aku berpakaian kayak gini, gimana kalau mas Andri lihat ya? Hihihi.
Tok tok tok…
“Permisi,” kudengar suara ketukan pintu dikuti suara seorang wanita.
“Iya,” jawabku.
“Sudah selesai bu ganti bajunya.”
“Sudah mbak,” jawabku sambil membuka pintu yang memang tadi ku kunci.
“Selamat siang bu,” sapa wanita itu, terapis 303 slot yang kupilih tadi.
“Siang mbak.”
“Saya Wati bu, maaf dengan ibu siapa?” tanyanya.
“Saya Jasmin.”
“Baik bu, kita bisa mulai terapinya. Shiatsu 2 jam ya bu?”
“Iya mbak.”
“Oh iya sebelumnya ini ada wedhang jahe, mungkin kalau ibu berkenan silahkan diminum biar agak hangat badannya.”
“Wah makasih mbak.”
Aku menerima cangkir dari mbak Wati yang berisi wedhang jahe itu, dan meminumnya sedikit. Kemudian dia menyuruhku untuk tengkurap. Setelah aku tengkuran dia menutupi tubuhku dengan handuk lebar yang menutup punggung sampai ke lutut.
“Maaf bu, pijitanya mau yang sedang atau yang kuat?”
“Yang sedang aja ya mbak.”
“Baik bu.”
Dia pun memulai pijatannya dari telapak kakiku. Hmm, kalau yang aku dengar, pijatan yang benar itu memang mulainya dari telapak kaki, jadi kalau yang mulai dari tempat lain, yaa kalian bisa menduganya sendiri lah, hehehe. Sambil menikmati pijatan dari mbak Wati, kunyalakan TV yang ada di ruangan ini. Memang aku tak bisa melihat dengan leluasa, tapi lumayanlah masih bisa dengar.
“Bu Jasmin baru pertama kali kesini?”
“Iya mbak, kemarin itu dikasih tahu sama teman, katanya ada tempat pijat baru.”
“Oh iya bu, kita emang baru buka kok, belum ada sebulan, makanya masih sepi ini.”
“Oh gitu. Padahal disini bagus ya mbak, sayang tempatnya agak masuk. Kalau di pinggir jalan besar pasti udah lebih rame.”
“Iya bu, tapi disini malah enak kok, nggak bising. Kalau di room VIP seperti ini sih enak karena kedap suara, tapi kalau yang standar kita masih bisa denger suara-suara dari luar kan bu, jadi kurang nyaman aja.”
“Iya juga sih mbak.”
Sambil terus memijat mbak Wati mengajakku ngobrol. Pijatannya enak juga ternyata, apalagi orangnya juga ramah, aku jadi merasa lebih nyaman sekarang.
“Ibu asli Jogja?”
“Bukan mbak, saya dari Solo, disini casino online terpercaya kebetulan kerja, dan ikut suami juga.”
“Oh gitu. Kerja dimana bu?”
“Ngajar mbak di SD 69.”
“Wah bu guru tho?”
“Iya mbak, hehehe.”
“Anaknya udah berapa bu?”
“Baru 1 mbak, masih setahun. Aduuh…”
“Eh, kenapa bu? Ada yang sakit? Atau saya mijitnya terlalu kuat?” tanya mbak Wati terdengar panik.
“Oh nggak kok mbak. Maaf saya orangnya emang gampang geli, hehe. Nggak papa, pijatan mbak enak kok, udah pas, lanjutin aja.”
“Oh gitu, ya udah saya lanjutin ya bu.”
“Iya mbak.” LANJUT PART 4 YAAA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar