Kami masih ngobrol santai sampai akhirnya aku dipanggil Yuna dan memberi tahu kalau makan siang sudah siap. Kuajak Susan sekalian makan siang. Dia minta tetap menggendong Hansen, kuiyakan saja karena kulihat Hansen anteng-anteng saja. Selesai makan siang kami duduk-duduk di ruang keluarga sambil ngobrol santai lagi.
“Eh Min, tahu nggak, ada tempat pijat baru lho di daerah Seturan,” ucap Susan.
“Oh ya? Dimana?” tanyaku.
“Di deket OK-Mart, ada Caspo777 APK gang kan di sebelahnya, masuk kira-kira 100 meter, namanya Family Spa.”
“Ooh, enak nggak tempatnya?”
“Enak kok, karena masih baru mungkin ya, coba aja kesana.”
“Hmm, iya deh entar kapan-kapan. Lagian aku nggak terlalu hobi pijat. Apalagi di tempat kayak gitu, rasanya kurang nyaman aja.”
“Eh yang ini beda. Kan tempat buat cowok sama cewek dipisah, terus roomnya juga nggak kayak di tempat lain yang cuma dibatesin triplek. Ini kayak kamar gitu, lumayan kedap suara juga, jadi nggak bakal denger suara dari luar. Udah gitu fasilitasnya lengkap, kalau yang VIP ada bathtub sama TV-nya.”
“Oh ya? Wah mahal dong berarti?”
“Ya lumayan, tapi sekarang masih promo kok, jadi harganya sama kayak di tempat lain. Kemarin pas kesana aku tanya kan promonya sampai kapan, kata kasirnya masih 2 minggu lagi. Kesana aja lumayan kan?”
“Hmm, iya deh nanti.”
Setelah itu obrolan kami berganti topik lagi. Sampai akhirnya tak terasa hari sudah sore dan Susan pamit pulang. Aku memikirkan lagi soal panti pijat yang tadi diceritakan oleh Susan. Aku memang tidak terlalu sering dipijat, karena aku orangnya gampang gelian, jadi suka risih aja kalau dipijat, meskipun yang mijat itu mbok-mbok kayak biasanya aku pijat selama Caspo777 slot ini. Tapi kupikir-pikir, mumpung masih promo mungkin boleh juga dicoba, apalagi Susan yang ngerekomendasiin. Yang aku tahu Susan memang sering pijat di spa-spa seperti itu, sebulan bisa 2 sampai 3 kali.
Pada suatu hari, aku pulang lebih awal dari biasanya karena hari ini memang diadakan rapat guru. Rapat itu ternyata cuma berlangsung sebentar dan kami langsung pulang. Dalam perjalanan aku kembali teringat panti pijat yang pernah diceritakan Susan. Kuingat-ingat lagi sepertinya saat ini masih promo, ah kucoba saja kesana, mumpung badanku juga sedang capek-capek. Tapi aku memutuskan untuk pulang dulu ganti baju, tidak mungkin aku kesana dengan memakai seragam guruku ini.
Sesampainya di rumah aku segera mengganti baju. Kukenakan kemeja lengan panjang kotak-kotak dan celana panjang jeans, kemudian dengan jilbab berwarna hitam. Kepada Yuna aku mengatakan akan ke rumah temanku dulu karena ada sedikit urusan. Aku pun berangkat berbekal petunjuk yang diberikan oleh Susan tempo hari. Tidak sulit mencari tempat itu, dan akhirnya aku sampai juga.
Kulihat dari luar bangunannya cukup bagus, didominasi warna hijau dengan desain yang futuristik. Sayang tempatnya agak masuk ke dalam, kalau pas di pinggir jalan depan sana mungkin akan semakin ramai. Kulihat parkirannya cukup luas, dan baru beberapa kendaraan saja baik mobil ataupun motor yang terparkir. Yah, memang masih jam segini, orang-orang pun pasti masih sibuk bekerja.
“Selamat siang ibu, selamat datang,” aku langsung disambut petugas saat baru masuk.
“Selamat siang mbak,” jawabku.
“Baru pertama kali kesini bu?” tanya petugas itu dengan ramah.
“Iya mbak, betul.”
“Oh kalau begitu silahkan dipilih, mau paket yang mana, semua harga yang tertera disitu nanti dipotong 50% bu karena kami masih promo,” dia menyodorkan sebuah buku yang mirip daftar menu.
Kulihat tarif untuk tiap-tiap perawatan memang lebih tinggi daripada tempat lain, tapi karena masih promo dan diskon sampai 50%, jatuhnya malah lebih murah.
“Saya pilih ini aja mbak, shiatsu yang 2 jam.”
“Oh baik ibu. Silahkan pilih untuk terapisnya. Untuk yang ada klip merahnya sedang tidak available ya bu,” kembali mbak itu memberikan sebuah buku yang isinya foto-foto terapis yang ada disitu. Hmm, cukup slot lapak pusat banyak juga, dan semuanya cewek. Hanya ada foto, tidak ada namanya.
“Yang ini aja mbak,” aku menunjuk sebuah foto terapis. Aku memilihnya karena dari foto posturnya cukup kecil, jadi kurasa tenaganya nanti pas untuk memijitku yang tidak terlalu suka dipijat keras-keras.
“Oh iya baik. Ibu mau room yang VIP atau yang biasa?”
“Yang VIP ya mbak.”
“Baik bu, mari saya antarkan.” LANJUT PART 3 YAA..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar