minim depo 10.000 dan minim withdraw 25.000 minim depo 10.000 dan minim withdraw 25.000

Jumat, 21 Oktober 2022

CERITA SEKS DUKUN CABUL ENAK part 9

Bagaimana Nduk? Apakah kamu sudah merasa enakan?” dia diam saja. Tangannya menyisir rambutnya, dan membetulkan bajunya yang awut-awutan. Kuelus rambutnya. “Mbah, apakah pasti saya sudah sembuh?” tanyanya dengan suara bergetar. Aku mengangguk: “pokoknya, semua sudah beres. Tadi Mbah itu mempertaruhkan nyawa Mbah lho. Kalau gagal tadi pasti ilmu hitamnya si Santo berbalik menghantam Mbah. Untunglah semua sudah berakhir.”

Dia mengangguk, wajahnya tetap menunduk: “matur nuwun, Mbah.” Katanya: “Berapa saya harus bayar Mbah?” aku tergelak: “wis, wis, bocah ayu, Mbah nggak minta bayaran kok. Bisa menyembuhkan kamu saja Mbah sudah bersyukur banget.” Kulihat bibir si Isyana tersenyum halus, mengangguk dan meminta ijin pulang. Kubuka pintu kamarku dan aku memanggil CASPO 7 salah satu tukang ojek yang mangkal untuk mengantarkannya pulang. Dalam beberapa detik, tubuh bahenol Isyana hilang tertelan kegelapan malam.

Aku menghela napas dan masuk kembali ke kamar. Tiba-tiba aku tertegun. Lha, kok aku sampai tidak menanyakan si Isyana itu tadi siapa ya? karena sudah terbelit nafsu aku sampai tidak menanyakan pertanyaan pertanyaan standar seorang dukun: rumahmu dimana, bapakmu siapa..

Ah, aku menggeleng. Rasanya aku tidak pernah lihat dia sebagai warga sekitar sini. Mungkin dia dari Wonolayu, desa sebelah sana. Biarin saja. Aku masuk kamar praktekku, dan segera menggelosor di dipan yang tadi kugunakan untuk bercinta dengan Isyana. Dalam beberapa menit aku terlelap. Entah berapa jam aku tertidur, ketika sayup-sayup kudengar..

TOK..TOK..TOK..

“Bangun, Firman bangsat! bangun!” suara yang sayup-sayup tadi kini menjadi semakin jelas seiring dengan meningkatnya kesadaranku. Dengan terseok-seok aku berdiri dan menuju pintu, membukanya dengan malas. Baru pintu kubuka sedikit, tiba-tiba.. bruuk..seorang laki-laki tinggi besar menyerbu masuk, dan tanpa basa-basi tangannya menampar pipiku. Aku mengaduh dan terbanting ke lantai. Waktu aku melihat siapa si pembuat onar itu, kulihat Mas Gerry, blantik (pedagang sapi) tetanggaku, sedang berdiri dengan mata merah dan berapi-api. Tubuhnya yang tinggi besar dan berkumis melintang (dia memang keturunan warok Ponorogo) tampak sangat menyeramkan.

Aku berteriak keheranan: “mas.. Mas Gerry.. ada apa ini? kok tiba-tiba kesetanan kayak gini?”
Mas Gerry balas berteriak, matanya semakin mendelik: “kesetanan gundulmu.. kamu yang kemasukan setan! apa yang kamu lakukan kemarin malam, Dar? ayo ngaku!!”. aku semakin bingung: “yang apa to mas? aku ora ngerti.” Si warok itu tampak semakin 
CASPO 7 marah: “kemarin malam! si Isyana! Sumineemm! kamu apakan dia?”

Wah, aku jadi kaget. Isyana itu apanya dia? kalau anak tidak mungkin, aku tahu Mas Gerry cuma punya dua anak laki-laki: “si Isyana itu apanya mas?” tanyaku. Mas Gerry berteriak marah: “kuwi ponakanku, bedes (monyet)! semalam dia datang ke rumah, katanya baru ke kamu terus karena kemalaman dia takut pulang ke rumahnya di Wonolayu. Di rumah dia nangis-nangis, katanya pipisnya sakit sekali. Waktu dilihat mbakyumu, celana dalamnya ternyata basah oleh darah. Walaah..dia akhirnya ngaku semua apa yang kamu lakukan. Iyo tho? ayo ngaku, bedes!” dan dengan berkata begitu ia menubruk lagi tubuhku. Satu bogem mentah kembali melayang ke pipiku. Aku berteriak kesakitan.

Aku hanya bisa meratap: “mas.. mas.. ampun mas, aku tidak mau kok sebetulnya..si Isyana yang memaksa..” aku coba membela diri sebisanya. Mendengar itu, Mas Gerry jadi semakin marah: “opo jaremu (apa katamu)? Si Isyana yang minta? kamu kira keluargaku kuwi keluarga perek opo? pikirmu si Isyana kuwi bocah nakal tukang goda wong lanang? weehh.. kurang ajar kowe Dar. Bangsat! asu! kucing! wedus! bedes!” dan sambil mengeluarkan perbendaharaan nama segala jenis binatang yang ada dalam kepalanya, Mas Gerry kembali menendang tubuhku yang sedang menggelosor pasrah di lantai. Dan dengan ngeri kulihat tangannya mulai menarik pecut (cemeti) yang melingkar di pinggangnya, pecut yang biasa dia gunakan kalau lagi akan jualan sapi. Aku semakin meringkuk: “ampuun maas..” rengekku.

Dalam suasana yang sangat genting itu, tiba-tiba beberapa orang menerobos masuk. Aku melihat Pak Sitepu, ketua RW kami yang langsung memeluk Mas Gerry yang lagi kesetanan: “sudah..sudah mas.. mati pula dia nanti.. tenang sajalah kau..” katanya dengan logat batak yang kental. Seorang lagi yang menerobos masuk adalah seorang polisi. Dia membantuku berdiri dan dengan formal berkata: “Bapak Firman, saya menahan bapak atas tuduhan pemerkosaan CASPO 7 terhadap anak di bawah umur. Saya minta bapak ikut saya ke polsek sekarang juga.” Aku hanya mengangguk mengiyakan. Kulihat di belakangnya bapak dan ibuku, yu Mini dan keluargaku yang lain melihat semua adegan dahsyat itu dengan melongo tanpa bisa berkata apa-apa.

Mas Gerry terus berteriak-teriak: “Ya, Pak polisi.. cepet saja ditangkap si bedes ini. Daripada nanti kalau lepas bisa kalap aku. Tak cacah dagingmu, tak jadikan rawon! tak jadikan sop! tak jadikan rendang..!” sekarang dia mengancam dengan segala jenis masakan yang dia ingat. Aku menghela napas. Dengan gontai aku mengikuti Pak polisi itu, keluar rumahku. Di depan rumah ternyata ada puluhan orang lain yang sudah berkumpul, para tukang ojek yang mangkal, tetangga, dan orang-orang lain. Semuanya melongo melihatku.

Dari dalam masih kudengar teriakan Mas Gerry, menyebut segala jenis makanan yang rencananya akan mempergunakan dagingku sebagai bahan lauknya: “tak jadikan sate! tak jadikan opor!”. seorang tetanggaku berteriak mengejek: “entek nasibmu (habis nasibmu) Dar! makanya kalau hidup jangan hanya ngurusi kontol thok!”.

SELESAIIII.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOTO PORNO YANG MEMBAWA KENIKMATAN Part 2

 FOTO PORNO YANG MEMBAWA KENIKMATAN Part 2 Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya co...